BREAKING NEWS

Selasa, 05 Mei 2020

Puasa Adiluhung & Kolektivitas Kesalehan Sosial Berskala Grassroot




Apakah anda merasakan Ramadhan kali ini berbeda? Ya, Bukan hanya anda sendiri melainkan seluruh manusia di jagat semesta juga merasakannya. Lantas apa sebabnya? Seperti yang kita ketahui yakni menyebarnya wabah Covid-19 atau lebih di kenal sebagai Corona. Kedatangannya membuat geger dunia khususnya Indonesia. Manusia seperti dihantui kematian kemana dan dimanapun mereka berada. Seolah, ini merupakan bagian dari ayat (notifikasi) Tuhan kepada manusia yang berstatus imigran dari langit ke bumi untuk dimandatkan sebagai khilafatu fil ard. Perilaku destruktif konon telah melekat pada diri manusia hingga malaikat pun mengetahui bahwa hasil ciptaan manusia pasti akan menimbulkan kekacauan di muka bumi. Oleh karena itu, momen yang kita perlukan saat ini adalah istirahat sejenak dari hiruk pikuk duniawi. Memindahkan padatnya volume kerja untuk fokus pada eskalasi kesalehan ritual dan kesalehan sosial sembari berkontemplasi.
Mungkin apa yang akan kita hadapi tahun ini merupakan bagian dari rangkaian as-shaum al-a’dhom (puasa agung). Bukan manusia saja yang perlu berpuasa, namun juga  bumi dan seluruh isinya. Kiranya itulah notif yang ingin di sampaikan oleh Tuhan kepada kawula-Nya. Pada akhirnya alam akan merefleksikan, kota-kota yang mana selalu bising dan dan banyak polusi, sekarang menjadi lebih asri dan tenang bibarokati Lockdown (berkah Lockdown). Yang semula sibuk dengan pekerjaan kini harus belajar memandang lebih luas apa makna dari rizqi. Bukan hanya sekadar materi namun juga kesehatan dan waktu. Istirahat tak kalah pentingnya dari bagian nikmat rizqi Tuhan. Jauh-jauh hari kadang diantara kita telah menerima ajakan buka bersama dengan teman maupun kerabat. Namun kini menjadi sepi, kalaupun ada kadangkala aktivitas tersebut bukan meramaikan bulan suci, namun dapat mereduksi nilai-nilai yang telah diajarkan baginda Nabi dalam menyambut bulan Ramadhan. Inilah momen yang tepat untuk fokus menjalankan Puasa Ramadhan yang bernilai Adiluhung (tinggi mutunya) .
Sejak makhluk ini mulai transit sampai bulan pembakaran dosa nampaknya tidak ada habisnya menjadi buah bibir. Pasalnya, berbagai dampak yang ditimbulkan kerap kali membuat perubahan yang secara langsung maupun tidak langsung turut memengaruhi kehidupan manusia. Berbagai perubahan itu menunjukan sebagai suatu hasil yang bersifat negatif dan positif. Perubahan akan dikatakan negatif apabila dilihat dari adanya berbagai kerugian dari segala hal yang dialami oleh seluruh masyarakat. Namun, secara tidak langsung, wabah ini juga memunculkan salah satu perubahan dari perbagai kalangan bawah yang ditandai dengan munculnya frame kesalehan sosial yang termanifestasi dalam bentuk solidaritas yang dilakukan baik dari level Individu, Ormas, Komunitas berbasis Neighborhood, Organisasi Keadamaan dan lain-lain. Hal ini sebagai bentuk dari adanya perwujudan nilai interdependensi, mutual help, kesalehan social yang merupakan wujud dari adanya awareness (Kesadaran).
Sikap dan respon konkret yang diambil oleh masyarakat grassroot (kalangan bawah) tentunya, dapat menimbulkan berbagai spekulasi terkait peran dan kebijakan pemerintah dalam menghadapi Covid-19 yang kerap kali muskil. Ketidakpastian inilah yang memicu timbulnya jenis kekuatan baru yang bersifat bottom-up, yang dilakukan atas dasar inisiasi dan keinginan masyarakat dengan membentuk solidaritas sosial. Disamping itu, Kultur “gotong royong” yang melekat turut memrakarsai lahirnya gerakan solidaritas masyarakat dalam membantu satu sama lain. Bentuk dukungan yang hadir pun sangat beragam, mulai dari penggalangan dana untuk membantu perekonomian warga, penggalangan dana untuk membeli alat-alat kesehatan yang dibutuhkan seperti; masker, hand sanitizer, dan pakaian APD yang diperlukan oleh tenaga medis. Ada juga bentuk kesolidaritasan lain yang dinilai unik, yakni self-control. Langkah sederhana yang bisa dimulai dari diri sendiri sebagai individu untuk menahan diri (imsak) dengan melakukan physical distancing ditengah mewabahnya virus corona. Narasi yang dibangun bertujuan untuk memutus rantai penyebaran virus korona dilingkungan masyarakat. Self-control merupakan wujud kesalehan sosial yang berdampak pada kepentingan kolektif. Tindakan yang sederhana, tetapi apabila terus diterapkan oleh masyarakat, maka akan sangat berdampak bagi penanganan virus korona yang tengah mewabah ini. Upaya button-up ini dapat menjadi sebuah potret yang mengindikasikan bahwa masyarakat kita mampu berdaya secara mandiri dengan membangun kesalehan social berskala grassroot (kalangan bawah).
Dalam kondisi saat ini yang dibutuhkan adalah berita-berita positif dan spirit ritualitas ramadhan agar semua elemen masyarakat tidak menjadi gelisah dan semakin ketakutan. Upaya yang dilakukan oleh Yurisprudensi Islam dalam mengkonstruk fikih pandemi tentu menjadi solusi dalam menjawab kehawatiran umat akan stabilitas beribadah di tengah Ramadhan ini. Tak ketinggalan para pengampu Kesalehan turut melokomotif masyarakat dalam berikhtiar batin untuk mengetuk pintu langit melalui doa-doanya sembari berkhusnudzon. Tak lupa kita patut berterimakasih kepada pendiri jejaring sosial Facebook (Kang mark Zuckerberg), Instagram (Cak Kevin Systrom dkk), dan juga YouTube (Gus zawed karem dkk) yang telah berjasa menjadi media fasilitator “ngangsu kaweruh” saat ini.
Perubahan ulat menjadi kupu-kupu bukanlah batu loncatan kunfayan yang bisa langsung dicapai. Tuhan mengajarkan hidup berjejer, beragam rentetan siklus, dan proses agar kita memahami arti daripada mengabdi kepada-Nya. Mengabdi bukan hanya sekedar dhahir saja melainkan bathin juga. Belajar mengerti arti syukur atas nikmat yang apabila dikalkulasikan manusia akan kuwalahan karena tak sebanding jika diukur dengan pengabdian seorang hamba kepada-Nya. Kini saatnya manusia bermetamorfosa mengembangkan serta merawat spiritualitas dan kesalehan sosialnyanya. Inilah mungkin alasan prinsipil Tuhan menghadiahkan pandemic Covid-19 untuk kita di ramadhan tahun ini. Sehingga, tidak menjadikan ramadhan yang konsumtif, yang mana semakin menyembah nafsu memboroskan modal dan menghamburkan uang. Itu puasa picisan, yang hanya meriah dipermukaan namun tidak memiliki kedalaman, nihil makna. Kiranya, pesan ini dapat sampai ke hati tanpa embel-embel yang terlalu ndakik-ndakik entah kepada siapa pun yang membaca. Selamat berpuasa dan Semoga bermanfaat.
 
Penulis : Habibi Wil
Editor  : Kart’

Share this:

1 komentar :

 
Copyright © 2014 PC IPNU IPPNU KAB. KEDIRI. Designed by Ragiel Boy's Group