BREAKING NEWS

Jumat, 08 Maret 2019

HASA INGGRIS KUNCI SURGA-KU




Oleh: Anifa Noor Al Badri A.M 
                                            (Pimred Media Pers PKPT IPNU-IPPNU STAIH)


Siapakah orang yang berilmu itu? apakah dia yang kaya, yang miskin, yang berdasi, atau yang berpeci, atau justru mereka yang berjalan kaki?. Kita pun juga tidak pernah tahu siapa yang patut di juluki orang berilmu, karena ilmu tidak di ukur dari seberapa tinggi gelar yang disandang. Tapi di ukur dari bagaimana ilmu itu mampu memberikan peran bagi dirinya maupun kehidupaan sekitarnya. Nah sekarang ilmu itu ada dua macam. Ilmu dunia dan ilmu akhirat. Dan kedua nya saling berkaitan satu sama lain. Karena ilmu akhirat tidak menjamin seseorang menuju surga.
Dalam suatu riwayat di ceritakan bahwa seorang ulama besar yang meninggal dunia dalam kedaan kufur. Kyai Baseso, begitulah ia biasa di juluki. Dia meninggal dalam keadaan yang berdosa besar karena terbujuk rayuan setan. Setelah melakukan dosa besar, dia dihukum salib oleh masyarakat. Namun, dia meminta pertolongan kepada iblis yang menggodanya tersebut, hingga dia mau bersujud kepada iblis. Dengan sujud, maka kafirlah ia kepada Allah dan pada agamanya. Dan tak lama kemudian Baseso wafat dalam keadaan kufur. Na’udzubillah. Lantas ilmu apa yang mampu menuntun kita kepada surga nya Allah? Ilmu akhirat atau ilmu dunia. Sejatinya semua ilmu mampu menjadi kunci surga dan ladang pahala bagi kita. Semua tergantung bagaimana kita mampu mengamalkan dan mengaplikasikan ilmu kita sehingga mampu untuk memberikan manfaat.
Bahasa Inggris salah satunya, ilmu yang mungkin di anggap sebagai ilmu dunia dan berguna untuk urusan dunia semata. Eits, jangan salah! Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional saat ini, tentu jika kita mampu menguasainya dengan baik dan menjadikannya sebagai media dakwah dalam masyarakat dunia. Dewasa ini kita telah memasuki zaman modern, yang mana dengan bahas Inggris lah kita mampu menaklukkan dunia. Dengan Bahasa Inggris kita mampu mengenalkan agama kita, budaya kita pada masyarakat dunia, menjadikannya sebagai  media dakwah pada para manusia modern, khususnya pada kalangan anak muda.  Alangkah menariknya jika suatu ceramah atau media belajar  yang diselingi dengan candaan dan motivasi dari berbagai macam bahasa.
Kampung inggris merupakan salah satu tempat yang sangat cocok untuk menimba ilmu bahasa inggris. Tidak asing lagi di telinga kita sebutan “Kampung Inggris”, yah sebuah kumpulan masyarakat di desa Tulungrejo kecamatan Pare yang terkenal dengan bahasa Inggrisnya. Bukan satu lembaga saja, melainkan ratusan lembaga yang berbasis Bahasa Ingrgis. Namun kali ini saya akan memperkenalkan sebuah lembaga kursus yang luar biasa. Bukan hanya mencetak siswa kursus-an yang abal-abal dan hanya mampu berbahasa Inggris. Tapi juga mampu mencetak generasi yang berkarakter dan berakhlak karimah. “Genta English Course”, sebuah lembaga yang di rintis oleh Mr. Moh. Qomar M.Pd.I. Seorang motivator besar yang mampu memberi semangat kepada siapa pun yang berbicara pada beliau. Empat belas tahun sudah beliau merintis Genta dari nol hingga kini mampu menciptakan generasi-generasi hebat yang juga menjadi perintis lembaga-lembaga di kampung Inggris. Beliau tidak hanya berperan dalam perintisan lembaga di kampung inggris tapi juga menjadi motivator berbagai lembaga di berbagai daerah.
Lalu bagaimana Genta mampu menciptakan pendidik yang berkarakter, berakhlakul karimah dan tentunya mampu berperan dalam memperjuangkan Islam di era ini?. Dengan PANCA JIWA nya, Genta English Course mampu mencetak kader-kader bangsa yang berkarakter dan ber-akhlakul karimah. PANCA JIWA Genta ialah sebagai berikut:
1.      Rukun, pelajar genta selalu menjaga rasa kekeluargaan dan silaturrahim meskipun mereka berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Mereka selalu berusaha menolong sesama dalam kebaikan.
2.      Ikhlas, tentu dalam melakukan apapun haruslah di dasari dengan jiwa yang ikhlas. Di genta kita bisa belajar denga ikhlas, dengan metode belajar yang asyik dan pendidik-pendidik yang ramah bersahabat. Tentu akan menambah kemanfaatan dan keberkahan dari sebuah ilmu.
3.      Sederhana, genta mengajarkan kita hidup sederhana dan saling berbagi.
4.      Mandiri, dengan adanya sistem asrama dan semi pesantren menjadikan pelajar genta menjadi pribadi yang mandiri, tangguh dan bertanggung jawab.
5.      Inovative, selalu menciptakan hal-hal baru sebagai media pembelajaran.misalnya saja lagu menggunakan media lagu dan game dalam belajar bahasa inggris sehngga mampu menarik perhatian para pelajar.
Bukan hanya itu, di genta juga kita diwajibkan untuk sholat berjamaah. Meskipun di sana kita mempelajari bahasa inggris, namun agama kita tidak akan pernah terduakan. Jika salah satu dari pelajar melanggar peraturan, sanksi yang di berikan adalah membaca istighfar. Tentu saja akan menambah amal ibadah kita bukan. Di genta juga kita di cetak untuk menjadi pribadi yang disiplin, rapi dan bertanggung jawab.
Datanglah sesekali di Genta, pasti kamu akan menemukan deretan sandal yang tertata rapi di depan pintu. Yang mungkin tidak anda temukan di tempat lain. Genta memulai sesuatu yang kecil menjadi luar biasa. Mempertahankan agama dan negara bukan hanya dengan pangkat dan jabatan yang tinggi, melainkan dengan rasa kepekaan dan kepedulian terhadap miris nya nasib agama islam di era ini. Dengan bekal bahasa Inggris, InsyaAllah kita mampu berperan aktif membea dan mempertahan kan agama. Kita tidak akan mudah terpengaruh oleh arus zaman. Karena kita memiliki kunci untuk menggenggam dunia, yaitu Bahasa Inggris.
Dengan bekal tersebut lah kita mampu mencari celah dan belajar dari umat muslim di Eropa, bagaimana mereka mampu bertahan dan hidup di antara umat-umat non-muslim. Dari situ lah kita mampu belajar memperbaiki nasib islam di negeri tercinta ini. Haruskan dengan berperang dan berkoar-koar untuk mampu mempertahankan Islam? Jawabannya adalah tidak, mengingat bahwa kita adalah seorang mahasiswa. Maka usaha kita dalam membela Islam yaitu melalui media pendidikan. Tumbuhkan keimanan dan cerita-cerita ke Islaman pada anak didik kita kelak. Sehingga pondasi agama yang ia miliki pun akan kokoh, karena di bangun sejak dini. Kita pun harus mengingat bahwa Islam itu mengajarkan kita akan keramahan dan kelemah lembutan. Jadi jangan pernah berdakwah dan mengajak dengan cara kekerasan, meskipun Rosulllah sendiri melakukan berbagai macam perang dalam membela Islam. Perang adalah jalan terakhir bagi kita, jika kita tidak mampu lagi bertahan, maka kita boleh menyerang.
Mengapa tidak ada pertumpahan darah di Negeri kita ini karena agama?, orang bilang Indonesia adalah negara Islam yang aman tentram dan damai. Yah, itu karena islam datang ke Indonesia dengan jalan damai, secara lemah lembut dan tanpa adanya pemaksaan sekalipun. Para ulama’ terdahulu tidak pernah memaksa seseorang untuk ikut memeluk Islam tapi mereka belajar dai budaya dan perlahan-lahan masuk dalam dunia mereka. Sehingga masyarakat pun nyaman dan mau ikut memeluk islam. Begitu pun dengan kita, kita harus menyamaikan dakwah dengan lembut. Membaca kondisi di sekitar kita. Jika mereka merasa nyaman dengan kehadiran kita, sudah pasti cepat atau lambat merka akan mengikuti apa yang kita himbaukan.
Jangan menjadi pribadi yang egois, pahami objek sasaran kita, masuk lah kita ke dunia mereka. Ketika mereka sudah nyaman berikan sedikit demi sedikit apa yang akan kita sampaikan. Jika sudah terasa cukup lepaskan lah mereka agar kembali ke dunianya sendiri. Tentu kita masuh memberikan pengawasan untuk memaksimalkan mereka dalam mempraktekkan ilmu dan apa-apa yang telah kita berikan. Agar mereka tidak melakukan penyelewengan-penyelewengan.
Jadi demikian sedikit karya penulis, semoga mampu memberikan manfaat bagi khalayak umum. Tidak harus menjadi ulama besar untuk menyiarkan agama, seorang pendidik yang berkarakter pun mampu. Asalkan ada niat dan kemauan untuk benar-benar menegakkan Islam. Segala ilmu pengetahuan itu mampu menjadi ladang pahala bagi tuan nya asalkan sang tuan mampu mengamalkan.

Sumber:
Genta team. 2002, Methedology Guide Book. Kediri: Maxmedia
Agus Rukiyanto. 2009,  Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Kanisius.
Qomar Moh. 2000, Sejarah Genta English Course. Kediri: Maxmedia.
Setiawan Teguh. 2010, Denyut Islam di Eropa. Jakarta: Republika.
Hak Cipta:
Media Pers PKPT IPNU-IPPNU STAIH Pare-Kediri

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 PC IPNU IPPNU KAB. KEDIRI. Designed by Ragiel Boy's Group