Oleh: Anifa Noor Al Badri A.M
(Pimred Media Pers PKPT IPNU-IPPNU STAIH)
Siapakah orang yang berilmu itu?
apakah dia yang kaya, yang miskin, yang berdasi, atau yang berpeci, atau justru
mereka yang berjalan kaki?. Kita pun juga tidak pernah tahu siapa yang patut di
juluki orang berilmu, karena ilmu tidak di ukur dari seberapa tinggi gelar yang
disandang. Tapi di ukur dari bagaimana ilmu itu mampu memberikan peran bagi
dirinya maupun kehidupaan sekitarnya. Nah sekarang ilmu itu ada dua macam. Ilmu
dunia dan ilmu akhirat. Dan kedua nya saling berkaitan satu sama lain. Karena
ilmu akhirat tidak menjamin seseorang menuju surga.
Dalam suatu riwayat di ceritakan
bahwa seorang ulama besar yang meninggal dunia dalam kedaan kufur. Kyai Baseso,
begitulah ia biasa di juluki. Dia meninggal dalam keadaan yang berdosa besar
karena terbujuk rayuan setan. Setelah melakukan dosa besar, dia dihukum salib
oleh masyarakat. Namun, dia meminta pertolongan kepada iblis yang menggodanya
tersebut, hingga dia mau bersujud kepada iblis. Dengan sujud, maka kafirlah ia
kepada Allah dan pada agamanya. Dan tak lama kemudian Baseso wafat dalam
keadaan kufur. Na’udzubillah. Lantas ilmu apa yang mampu menuntun kita
kepada surga nya Allah? Ilmu akhirat atau ilmu dunia. Sejatinya semua ilmu
mampu menjadi kunci surga dan ladang pahala bagi kita. Semua tergantung bagaimana
kita mampu mengamalkan dan mengaplikasikan ilmu kita sehingga mampu untuk
memberikan manfaat.
Bahasa Inggris salah satunya, ilmu
yang mungkin di anggap sebagai ilmu dunia dan berguna untuk urusan dunia
semata. Eits, jangan salah! Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional
saat ini, tentu jika kita mampu menguasainya dengan baik dan menjadikannya
sebagai media dakwah dalam masyarakat dunia. Dewasa ini kita telah memasuki
zaman modern, yang mana dengan bahas Inggris lah kita mampu menaklukkan dunia.
Dengan Bahasa Inggris kita mampu mengenalkan agama kita, budaya kita pada
masyarakat dunia, menjadikannya sebagai
media dakwah pada para manusia modern, khususnya pada kalangan anak
muda. Alangkah menariknya jika suatu
ceramah atau media belajar yang
diselingi dengan candaan dan motivasi dari berbagai macam bahasa.
Kampung inggris merupakan salah
satu tempat yang sangat cocok untuk menimba ilmu bahasa inggris. Tidak asing
lagi di telinga kita sebutan “Kampung Inggris”, yah sebuah kumpulan
masyarakat di desa Tulungrejo kecamatan Pare yang terkenal dengan bahasa
Inggrisnya. Bukan satu lembaga saja, melainkan ratusan lembaga yang berbasis
Bahasa Ingrgis. Namun kali ini saya akan memperkenalkan sebuah lembaga kursus
yang luar biasa. Bukan hanya mencetak siswa kursus-an yang abal-abal dan hanya
mampu berbahasa Inggris. Tapi juga mampu mencetak generasi yang berkarakter dan
berakhlak karimah. “Genta English Course”, sebuah lembaga yang di rintis oleh Mr.
Moh. Qomar M.Pd.I. Seorang motivator besar yang mampu memberi semangat kepada
siapa pun yang berbicara pada beliau. Empat belas tahun sudah beliau merintis
Genta dari nol hingga kini mampu menciptakan generasi-generasi hebat yang juga
menjadi perintis lembaga-lembaga di kampung Inggris. Beliau tidak hanya
berperan dalam perintisan lembaga di kampung inggris tapi juga menjadi
motivator berbagai lembaga di berbagai daerah.
Lalu bagaimana Genta mampu menciptakan
pendidik yang berkarakter, berakhlakul karimah dan tentunya mampu berperan
dalam memperjuangkan Islam di era ini?. Dengan PANCA JIWA nya, Genta English Course
mampu mencetak kader-kader bangsa yang berkarakter dan ber-akhlakul karimah.
PANCA JIWA Genta ialah sebagai berikut:
1.
Rukun, pelajar genta selalu menjaga rasa
kekeluargaan dan silaturrahim meskipun mereka berasal dari berbagai daerah yang
berbeda. Mereka selalu berusaha menolong sesama dalam kebaikan.
2.
Ikhlas, tentu dalam melakukan apapun haruslah
di dasari dengan jiwa yang ikhlas. Di genta kita bisa belajar denga ikhlas,
dengan metode belajar yang asyik dan pendidik-pendidik yang ramah bersahabat.
Tentu akan menambah kemanfaatan dan keberkahan dari sebuah ilmu.
3.
Sederhana, genta mengajarkan kita hidup
sederhana dan saling berbagi.
4.
Mandiri, dengan adanya sistem asrama dan semi
pesantren menjadikan pelajar genta menjadi pribadi yang mandiri, tangguh dan
bertanggung jawab.
5.
Inovative, selalu
menciptakan hal-hal baru sebagai media pembelajaran.misalnya saja lagu
menggunakan media lagu dan game dalam belajar bahasa inggris sehngga
mampu menarik perhatian para pelajar.
Bukan hanya itu, di genta juga kita
diwajibkan untuk sholat berjamaah. Meskipun di sana kita mempelajari bahasa
inggris, namun agama kita tidak akan pernah terduakan. Jika salah satu dari
pelajar melanggar peraturan, sanksi yang di berikan adalah membaca istighfar.
Tentu saja akan menambah amal ibadah kita bukan. Di genta juga kita di cetak
untuk menjadi pribadi yang disiplin, rapi dan bertanggung jawab.
Datanglah sesekali di Genta, pasti kamu
akan menemukan deretan sandal yang tertata rapi di depan pintu. Yang mungkin
tidak anda temukan di tempat lain. Genta memulai sesuatu yang kecil menjadi
luar biasa. Mempertahankan agama dan negara bukan hanya dengan pangkat dan
jabatan yang tinggi, melainkan dengan rasa kepekaan dan kepedulian terhadap
miris nya nasib agama islam di era ini. Dengan bekal bahasa Inggris, InsyaAllah
kita mampu berperan aktif membea dan mempertahan kan agama. Kita tidak akan
mudah terpengaruh oleh arus zaman. Karena kita memiliki kunci untuk menggenggam
dunia, yaitu Bahasa Inggris.
Dengan bekal tersebut lah kita
mampu mencari celah dan belajar dari umat muslim di Eropa, bagaimana mereka
mampu bertahan dan hidup di antara umat-umat non-muslim. Dari situ lah kita
mampu belajar memperbaiki nasib islam di negeri tercinta ini. Haruskan dengan
berperang dan berkoar-koar untuk mampu mempertahankan Islam? Jawabannya adalah
tidak, mengingat bahwa kita adalah seorang mahasiswa. Maka usaha kita dalam
membela Islam yaitu melalui media pendidikan. Tumbuhkan keimanan dan cerita-cerita
ke Islaman pada anak didik kita kelak. Sehingga pondasi agama yang ia miliki
pun akan kokoh, karena di bangun sejak dini. Kita pun harus mengingat bahwa Islam
itu mengajarkan kita akan keramahan dan kelemah lembutan. Jadi jangan pernah
berdakwah dan mengajak dengan cara kekerasan, meskipun Rosulllah sendiri
melakukan berbagai macam perang dalam membela Islam. Perang adalah jalan
terakhir bagi kita, jika kita tidak mampu lagi bertahan, maka kita boleh
menyerang.
Mengapa tidak ada pertumpahan darah
di Negeri kita ini karena agama?, orang bilang Indonesia adalah negara Islam
yang aman tentram dan damai. Yah, itu karena islam datang ke Indonesia
dengan jalan damai, secara lemah lembut dan tanpa adanya pemaksaan sekalipun.
Para ulama’ terdahulu tidak pernah memaksa seseorang untuk ikut memeluk Islam tapi
mereka belajar dai budaya dan perlahan-lahan masuk dalam dunia mereka. Sehingga
masyarakat pun nyaman dan mau ikut memeluk islam. Begitu pun dengan kita, kita
harus menyamaikan dakwah dengan lembut. Membaca kondisi di sekitar kita. Jika
mereka merasa nyaman dengan kehadiran kita, sudah pasti cepat atau lambat merka
akan mengikuti apa yang kita himbaukan.
Jangan menjadi pribadi yang egois,
pahami objek sasaran kita, masuk lah kita ke dunia mereka. Ketika mereka sudah
nyaman berikan sedikit demi sedikit apa yang akan kita sampaikan. Jika sudah
terasa cukup lepaskan lah mereka agar kembali ke dunianya sendiri. Tentu kita
masuh memberikan pengawasan untuk memaksimalkan mereka dalam mempraktekkan ilmu
dan apa-apa yang telah kita berikan. Agar mereka tidak melakukan penyelewengan-penyelewengan.
Jadi demikian sedikit karya penulis,
semoga mampu memberikan manfaat bagi khalayak umum. Tidak harus menjadi ulama
besar untuk menyiarkan agama, seorang pendidik yang berkarakter pun mampu.
Asalkan ada niat dan kemauan untuk benar-benar menegakkan Islam. Segala ilmu
pengetahuan itu mampu menjadi ladang pahala bagi tuan nya asalkan sang tuan
mampu mengamalkan.
Sumber:
Genta team. 2002, Methedology
Guide Book. Kediri: Maxmedia
Agus Rukiyanto. 2009, Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Kanisius.
Qomar Moh. 2000, Sejarah Genta English
Course. Kediri: Maxmedia.
Setiawan Teguh. 2010, Denyut Islam di
Eropa. Jakarta: Republika.
Hak Cipta:
Media Pers PKPT
IPNU-IPPNU STAIH Pare-Kediri
Posting Komentar